Aku
dan Arcxa menunggu Rangga dan Brian di kantin. Pukul 01.20 siang. Setelah
sekitar sepuluh menit menunggu, akhirnya mereka datang. Rangga yang sudah
begitu akrab dengan ibu kantin, langsung menyapanya. Sedangkan Brian hanya
ikut-ikutan, biar nggak ketauan kalo Brian menyusup. Haha.
“Brian, sini aku kenalin sama temen aku.”, aku memanggil
Brian yang sedang mencari snack. Brian lalu membalikkan badan dan menuju meja
tempat ku dan Arcxa, sementara Rangga masih reuni dengan bu Kantin.
“Xa, kenalin ini Brian Prasetya. Dia jomblo lho. Mau nggak
sama dia? Hehehe…”
“Kamu apaan sih, Jave? Dasar bibir dower. Emm, hai? Aku
Brian.”
“Hai, Arcxa.”, nggak ada tanda-tanda kalo mereka saling
tertarik sih. Tapi ini baru awal, mungkin butuh PDKT alias pendekatan. Heheheh
“Rangga, sini! Ada yang mau aku kenalin ke kamu.”, aku
manggil Rangga yang masih ngobrol sama ibu kantin
“Gangguin aja kenapa sih Jave, aku lagi reuni sama ibu kantin
tau, biar dapet makan gratis. Heheh.”, celotehnya.
“Xa, ini Rangga Nurvana. Aku biasa panggil dia Rangga, kalo
Brian manggil dia Van.”, aku ngenalin lelaki yang selalu aku ceritakan ke
Arcxa.
“Oh, ini Rangga? Aku Arcxa.”, dia senyum manis banget sama
Rangga. Tapi masih manis waktu senyum sama Brian. Mungkin karena aku jarang
cerita tentang Brian.
“Hai, iya aku Rangga. Eh, makan yuk. Laper nih belum makan
siang.”, dari wajah Rangga, dia sama sekali tidak menampakkan raut wajah
tertarik dengan Arcxa. Tapi jangan sampai itu terjadi. Aku tidak hanya akan marah
pada mereka berdua, tetapi aku juga akan memakan mereka. Hahaha.
Sepertinya
strategiku berhasil. Brian mulai asik mengobrol dengan Arcxa. Dan dia juga
mulai berani untuk meminta nomer telfonnya. Walaupun dia minta pas kita mau
pulang. Dan itu pun dia meminta tolong padaku. Tapi, it’s okay. Mungkin Brian
masih canggung.
“Xa, Brian minta nomer kamu. Tapi dia
nggak berani ngomong. Dikasih nggak nih?”.
“Emm? Boleh.”, senyum manisnya membuat Brian cengingisan
sekaligus menahan malu. Brian nggak mungkin berani mengantar Arcxa pulang. Jadi
aku berboncengan dengan Arcxa dan Brian dengan Rangga.
“Aku pulang dulu yah. Daaa..”, aku dan Arxca melambaikan
tangan kepada Rangga dan Brian lalu bergegas mengantarkan Arcxa pulang.
Di
sepanjang perjalanan aku dan Arcxa tidak pernah berhenti membicarakan Rangga
dan Brian. Arcxa selalu menanyakan
tentang Brian. Bagus pikirku. Sebentar lagi sahabatku nggak jomblo lagi.
Sebenarnya aku juga bingung, aku peduli dengan status oranglain padahal
statusku sendiri masih nggak keruan. Tapi sudahlah, aku masih nyaman dengan
keadaanku saat ini. Cinta diam-diam.