“Kamu justru
lebih cantik dari Michele Ziudith.”
“Hah?Aku
harap kamu tidak sedang “sakit”!”, aku menggerakkan
dua jariku. Lalu pergi.
Ah, kenapa aku harus
bertemu orang sepertinya? Aku pikir tidak ada bangku senyaman bangku tadi.
Mungkin karena aku sudah tersugesti. Baiklah, aku akan katakan pada kalian
siapa namaku dan siapa nama lelaki yang selalu aku banggakan itu. Namaku Jave Alexandria,
dan lelaki itu Rangga Nurvana.
Aku dan Rangga sudah
lima tahun bersahabat, dan selama lima tahun pula aku memendam perasaan ini.
Ternyata sampai saat ini dia belum tahu tentang perasanku yang sebenarnya.
Tolol! Mungkin aku termasuk orang yang di – FriendZone
– kan, jleb!
Mungkin hanya aku yang mau bertahan untuk seseorang yang tidak pernah tau
bagaimana perasaan ku. Dan jujur saja, dia adalah orang pertama yang aku
cintai. He’s my first love.
Sejak aku beranjak
dari bangku tadi, aku malah memikiran orang itu – Brian ,
katanya. Dia sepertinya baik, hanya aku yang terlalu ketus padanya. Dia tinggi,
dan badannya sesuai dengan postur tubuhnya yang tinggi. Ideal! Kriteria lelaki
yang aku suka. Ah! Kenapa aku memikirkannya? Aku baru saja tahu namanya. Siapa
tahu dia adalah penjahat? Penculik? Atau bahkan pembunuh bayaran? Eh, pembunuh
bayaran? Memangnya siapa yang mau mengeluarkan banyak uang hanya untuk
membunuhku? Bukankah aku juga akan mati?
Berjalan menyusuri
kota Jogjakarta rupanya lama juga, aku sudah terlampau jauh dari rumahku. Aku
putuskan untuk kembali ke rumah. Naik angkutan umum tentunya, aku sudah tidak
kuat untuk kembali berjalan menuju rumah.
Bus kota yang aku
naiki hanya mengantarku sampai depan gang menuju rumahku. Aku harus berjalan
terlebih dahulu untuk sampai di rumah, hanya sekitar 50m. Aku tinggal di sebuah
perumahan yang penghuninya masih sedikit, karena ini adalah perumahan baru.
Baru dibangun sekitar 50 tahun yang lalu. Alias rumah bekas belanda. Tapi
inilah yang membuatku betah untuk berada disini, aku suka arsitektur rumah
belanda. Klasik!
Sampai di depan
gerbang perumahan, aku melihat lelaki berdiri di sebuah taman di rumah
tetanggaku. Dia sedang menyirami bunga-bunga yang sedang mekar itu. Dan ketika
ku lihat lebih jelas lagi..
“Kamu!”.
0 komentar:
Posting Komentar