Malam ini aku siap untuk bertemu
dengannya. Ya, siapa lagi jika bukan lelaki itu. Tetapi hari ini berbeda. Aku
mengenakan pakaian dengan warna kesukaannya, hitam. Hati ini serasa disayat.
Dia mengatakan bahwa ada orang lain yang ada di hatinya. Tuhan. Entahlah. Aku
masih enggan beranjak dari kursi ini. Tempat dimana aku dan dia kenal untuk
pertama kali, lima tahun lalu. Detik jam terus berlalu, aku harus segera
beranjak. Aku berjalan sendiri. Detak jantungku tak dapat ku atur, semakin
cepat. Aku siap untuk bertemu dengannya tetapi aku belum siap untuk melihat
wanita yang saat ini ada di hatinya.
Aku
bahkan sudah lupa, berapa kali aku menangis, berapa kali aku tersakiti olehnya.
Tapi rasa itu masih saja mampu mengalahkan rasa benciku kepadanya. Semakin aku
membencinya, semakin besar rasa cinta ini. Lampu temaram menghiasi sisi jalan
ini, jalan setapak dengan bebatuan dan taman di kanan-kirinya. Aku berhenti
melangkah. Ku kuatkan hati ini, ku teguhkan perasaanku. Lampu-lampu yang sangat
terang di ujungjalan setapak ini sudah terlihat. Aku tau, sudah banyak orang
disana. Mulai ku ukir senyum diwajahku, mesikpun sangat sulit.
Aku
sudah berada di pintu ruangan ini, tapi aku tak melihat ada dia disini. Aku
pikir dia sedang bersama wanita itu. Sudahlah! Biarkan saja. Aku ingin
menangis, menangis di pundaknya. Seorang lelaki mendatangiku. Dialah ayah dari
orang yang benar-benar ku cintai. Beliau adalah seorang pendeta.
“Apa kau tau apa yang dimaksud dengan ketulusan, nak?”, dia menanyakan itu padaku.
“Entahlah, aku pikir tidak ada ketulusan di dunia ini. Orang
bekerja pun tidak tulus, mereka menuntut untuk digaji. Orang beribadah pula,
mereka hanya takut akan neraka. Omong Kosong!”
“Ketulusan itu sepertimu. Kau mencintai orang yang sama sekali tidak
pernah menyadari bahwa kau benar-benar mencintainya. Kau akan selalu ada disaat
dia bahagia, meskipun kau harus tersakiti.”
Dia
pergi meninggalkan ku. Aku tidak pernah menganggap omongan orang itu benar. Dia
hanya tak ingin melihatku kecewa. Karena aku benar-benar kecewa. Tapi itu yang
membuat ku semakin cinta pada lelaki itu. Aku putuskan untuk meninggalkan
tempat ini. Ku tinggalkan sebuah benda dan sepucuk surat untuknya. Aku tau, dia
sangat suka mengenakan baju berwarna hitam. Aku hanya berharap, dia membaca dan
menerimanya.
Selamat untuk 18 tahun mu, dan 5
tahun persahabatan kita. Jangan pernah berubah.
0 komentar:
Posting Komentar